Aku menganggap jodoh aku dengan suami adalah jodoh dari Allah swt, seorang suami yang baik, penyayang dan tidak pernah banyak kerenah dan sangat senang diuruskan walaupun agak cerewet dalam soal permakanan. Alhamdulillah yang namanya jodoh itu, semuanya seolah-olah sudah disusun rapi dan berlaku dengan sangat pantas malah perkenalan kami juga sangat singkat. Selama 18 tahun bersama aku memang gembira dan bahagia hidup disampingnya. Adatlah dalam berumah-tangga pasti ada pasang surutnya tapi semuanya kami hadapi bersama dengan redha dan tanpa keluh-kesah.
Semenjak diijabkabulkan pada tahun 1994 kami memang tidak pernah berpisah, kalau adapun hanya untuk beberapa hari atas urusan kerja masing-masing. Tetapi yang namanya perancangan Allah, memang tak mampu untuk kita menolaknya. Setelah sekian lama hidup bersama, kami ditakdirkan untuk berpisah dan tinggal berjauhan. Tak mudah untuk menerima kenyataan ini dan tak mudah juga untuk diharungi. Tapi demi untuk mencari nafkah yang halal untuk kami sekeluarga kami terpaksa redha, bersangka baik dengan rencana Allah dan menganggap ini sebagai satu ujian untuk kami sekeluarga.
Pada tanggal 6 June 2012, maka berpisahlah kami dengan rasa berat hati. Walaupun kini sudah hampir empat bulan tinggal berjauhan tapi segalanya terasa seperti baru semalam saja berlaku. Setiap kali dia pulang bercuti, sebulan sekali hati kami anak-beranak melonjak gembira tetapi pada saat berpisah hati kembali menjadi sayu, sedih dan setiap kali menadah tangan berdoa kehadrat Allah untuk kesejahteraan dan keselamatan suami, pasti air-mata membasahi pipi. Ternyata ujian ini sangat berat untuk aku Ya Allah. Aku kelihatan sangat kuat di luar tetapi di dalam aku sangat rapuh.
Comments
Post a Comment